“Nggkk.. Teruss.. Bokeb Dikulum..” seru Mas Eko lagi. “Aaakk. Dan benar saja. Ahh” erang Wenny, Mas Eko tampak bergerak seperti mesin saja enggak capek-capek. Nanti akan aku ceritakan dalam ceritaku selanjutnya. Stopp. Pusing kepalaku melihat itu. Aakk.” desisku, aku mengelinjang ketika terasa telapak tangan Mas Eko menyentuh vaginaku. Rupanya dia sudah pergi, dan aku hanya melihat Wenny yang masih tertidur disampingku. “Ayoo.. Entah kenapa aku menurut saja. Sehingga tampak batang kemaluan Mas Eko yang sudah tegang mengeras itu. Ketika aku menyalakan lampu. Kini aku menjadi pasrah.. “Buka mulut kamu Nia. Lalu Wenny duduk berlutut disampingku. Kamarku berantakan” seru Wenny sembari membuka lemari pakaiannya. Rupanya Wenny sedang tertidur. Yaa.. “Oooh. Cukup berisik suaranya. Mas Eko. adegan tadi. Bahkan dia semakin bersikap menantang. Sakit.” erangku.Mas Eko segera menghentikan gerakannya. Uuhh..” rintih Wenny. Bahkan aku tambah bergairah dilihat oleh Mas Eko. Terus ke bawah dan akhirnya berhenti diantara kedua paha Wenny yang sudah terpentang lebar itu.
