Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Bokep Mama Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Ah sialan. Shit! Ia menyentuhnya. Aku hanya main dengan tangan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ke mana ia? Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Satu dua, satu dua. Aku terlambat setengah jam. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.“Besar ya..?” ujarnya.Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Apakah perlu menhitung kancing. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Aku terlambat setengah jam. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..?




















