Kring..! Sekenanya saja kubuka halaman majalah.“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Bokep Indo Terbaru Sial. Aku tahu di mana ruangannya. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Lalu ia memijat lutut. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Mendadak jari tanganku dingin semua. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Kuusap sisa cream. Ke bawah: Tidak. Ah sial. Aku masih mematung. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Ia tidak bercerita apa-apa.
