Pak Irfan menjawab, Ah! Syukurlah Pak Irfan tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.Pada saat makan aku bertanya, Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Bokep Cina tidak baik untuk dilihatlihat. Pak Irfan pun naik dan bertanya.Enak, Dya? Memang tampak Pak Irfan hanya mengenakan handuk saja. Ketika tiba di rumah Pak Irfan, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.Eeeh, kamu Dya. Sebut saja namaku Widya (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Irfan mengocok vaginaku. Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Irfan menawarkan aku untuk melihatlihat koleksi bacaannya.Lalu dia menawarkan diri, Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk.




















