Sesampai dirumahnya aku bantuin dia mengangkat barang-barangnya. “Mas.. Bokep Jilbab/Hijab Aku tak perduli siapa yang mendahului aku, itu bukan satu hal penting. sudah jauh-jauh balik lagi kan mubazir.. Clitoris Pipit yang sebesar kacang itu kuhajar dengan kilatan kilatan lidahku, kuhisap, kuplintir-plintir dengan segala keberingasanku. Sekarang tidak berlama-lama lagi sambil berdiri. Kamu juga sih..”
Setelah itu sambil sama-sama tersenyum aku nekad menarik kedua tangannya yang lembut itu hingga tubuhnya menempel di dadaku, dan akhirnya kami saling berpelukan tidak terlalu erat tadinya. Nanti kalau ada apa-apa gimana..” aku menimpalinya. Sebaliknya Pipit juga demikian. Merasa ada perimbangan, aku tak canggung-canggung lagi aku buka saja kancing bajunya. Air kendil seger lho..” begitu dia menyapaku. Sebaliknya Pipit juga demikian. “Pit sini deh.. Tapi Mas Wahyu ada acara nggak nanti berabe dong..” berkata Pipit memecah keheningan. Pipit masuk ke ruangan dalam mungkin ambil air atau apa, aku diruangan depan. Belum sampai aku menstater mobil pickupku, Bu Murni sambil berlari kecil ke arahku..




















