Bodoh amat. Bokep Ojol Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Mbak Wien sudah turun. Ke mana ia? Jendela kubuka. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Garis setrikaannya masih terlihat. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.“Besok saja Sayang..!” ujarnya.Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Satu dua, satu dua. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”Yes..! Ia menekan-nekan agak kuat. Kuusap sisa cream. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Aku mengikutinya. Kali ini dengan telapak tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ah apa saja. Si Junior sudah mengeras. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus.




















