“Ray…”
“Ya?”
“Kukira aku sudah tidak perawan lagi…”Surabaya, Keesokan HarinyaKucengkeram kerah baju Jay dalam genggamanku, dan mengangkat kepalanya mendekatiku,
“Maksudmu apa?” desisku berang. “Chie..”
“Aku sayang kamu, Ray.”Kuterlentangkan tubuhnya, kuciumi buah dadanya yang telanjang, menikmati gesekan kemaluan kami yang beradu. Bokep HD Bukan emosi terhadap Jay, melainkan terhadap dirinya. Akhirnya kami bersepakat untuk mengabaikan Chie yang kemudian mengamuk dan memutuskan untuk mengikrarkan tali persahabatan antara kami bertiga. Dan aku masih sering menghubunginya. Kok malam-malam?”
Sejenak keheningan terdengar dari seberang, membuatku bertanya-tanya. Air mata mulai membasahi dadaku yang terbuka. Masih tetap larut dalam kesedihannya. “Ray! Waktu itu Jay juga sedang mengejar Chie. “Aku besok ujian, Chie.”
Kulihat jam dinding yang menunjukkan pukul 23.30 malam. “Seorang cowok keren dengan pikiran terbuka?”
“Minimal bule, deh.”
Kurasakan Chie meremas lenganku, memberikan respon atas guyonanku yang nyaris tidak pada tempatnya. Aku sedikit terguncang. “Chie, sudahlah.”
“Ray, Papa udah nggak ada.”
Kuusap belakang kepalanya, menekan tengkuknya, berusaha melegakannya. “Untukmu?” senyumku sambil menatapnya. Jadi kami memutuskan untuk fair-play.
