Aku rogoh buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut. Bokeb “Buu Tomy mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. “Toom…, ibu juga. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya. Ibu mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Riris telah meninggal dunia. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi. “Buu Tomy mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”. Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku.
