Kembali kami mengobrol di kontrakannya. Bokep Family Ia tinggal bersama pemilik rumah, dan pemilik rumahnyapun mengerti dan mau menerima keadaannya. “Erma ya? Aku tahu ia ingin aku segera menyelesaikannya.Kutindih dan kucium bibirnya. “Erma ya? Emangnya apa bedanya?” tanyaku.Ia tersenyum saja. Panas matahari terasa menyengat kulit. Sebuah bed standar, kipas di langit-langit, lemari dan kamar mandi. Kadang kami hanya mengobrol saja. Ketika kutanya apakah namanya hanyalah nama profesi atau nama sebenarnya, ia mengeluarkan KTP-nya dan menyerahkannya padaku.Kubaca, “Widya Erma”. Dia hanya bisa merintih.“Oooh.. Lima belas menit kemudian tubuhku sudah mengejang di atasnya. Beberapa detik kemudian kedua tangannya menekan kepalaku dengan kuat sehingga aku sedikit susah bernafas. Ketika kutanya apakah namanya hanyalah nama profesi atau nama sebenarnya, ia mengeluarkan KTP-nya dan menyerahkannya padaku.Kubaca, “Widya Erma”. Ketika aku mengeluarkan dompet, ia berkata.“Nanti aja, sekarang kita ke kontrakanku yuk!”Akupun menurut saja dan mengikutinya ke rumah. Dulu aku punya, namun putus dan kujual,” jawabnya.Akhirnya kami berjalan ke depan menunggu Metro Mini yang




















