Waktu itu sarungku selalu basah dan lengket sesudahnya. Ploonng.. Bokeb Hamidah mengarahkan matanya ke aku. Kini aku gemetar merinding. KarHamidahh.. Daann.., ah, itu kan Bu Ani isteri Pak Durma tetangga sebelah kanan rumah Hamidah. Aku menarik nafas panjang. Biar kulepasi celana dalammu. Lorong sarung itu akan tercipta apabila aku sedikit melonggarkan ikatan sarungku yg semula menutup mata kaki kini kuangkat naik hingga dekat ke lututku. Benar, khan. Hi.. kemaluanku menjadi sangat gatal. Duhhh.. kemaluanku menjadi sangat gatal. ‘gembul’-nya rambut kemaluan Dik Karsih. Aku akan menikmati bagaimana serba salahnya si Hamidah yg gairah menyala menjadi gelisah saat menyaksikan kemaluanku ini. Aku akan keluar nanti saat dia menyapu hampir selesai. Dan akhirnya sesudah aku mengerahkan segala dayaku datanglah disain inovasi itu. Tetapi lama kelamaan aku merasa bosan, Begitu-begitu saja setiap hari. Biar kuceboki dengan lidahku saat engkau usai melepas air kencingmu. Aku terus pura-pura membaca dan tanganku mulai mengelus-elus jagoku yg berada di lorong sarungku ini.Ya, benar, dia
