Kutuang sedikit minyak agar langsung menyala. Tetapi dengan cepat dia memakai sarung tadi.Setelah itu kami ngobrol panjang lebar, yang tak tentu tunjrungannya. Bokep Family Seakan tak rela saling melepas. Ini sarung bisa dipake” aku meletakkan satu gelas di kursi dan sarung itu kuletakkan di sandaran kursinya. Ukurannya sama dengan punyaku.Tangannyapun tak kalah. Setelah beberapa menit setelah dia menembakkan, laharnya akupun mulai merasakan hal serupa. “Sudah lepas” bisikku di telinganya. Dia menutup paksa matanya dan mulutnya menganga saat rudalku mulai menerobos masuk. Kukocok perlahan seirama genjotanku. Dengan perasaan dag dig dug aku mengambil sebuah tongkat kayu yang ujungnya agak membesar layaknya pemukul baseball dan mendekati pintu. Kuyakini itu adalah sebuah kode atau sinyal atau lampu hijau. Kugesekkan pipiku, agar aku mersakan kekasaran bulu di wajahnya.“Minum kopi yuk, nanti keburu dingin”, kubisikkan ke telinganya sambil merenggangkan spasi antar kami. “Iya, aku masih ingin merasakanya, tapi aku harus pergi dulu” katanya sambil melepas pelukan.
