Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Bokep Cina Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Aku masih di atas angkot. Aku duduk di tepi dipan. Ke bawah: Tidak. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Hawin.., aku mau makan dulu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing.Dari atas: Turun. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Aku menggelepar.“Sst..! Si Junior sudah mengeras. Lalu vaginanya, basah sekali. Aku tidak berani menatap wajahnya. Bergantian Hawin kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh.
